Rabu, 07 Februari 2018

Kerajinan Suku Baduy Banyak Diminati Wisatawan Mancanegara

Banten - Kerajinan Suku Baduy yang memiliki beberapa jenis produk seperti souvenir, kain tenun, lomar, pakaian, tas koja, selendang dan golok, diminati oleh wisatawan asing dari berbagai negara yang berkunjung ke kawasan Suku Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

"Umumnya, wisatawan asing itu mencintai produk-produk kerajinan Baduy karena memiliki etnik alami dan tradisional," kata Pemuka Adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Saija, dikutip dari Antaranews di Rangkasbitung, Rabu.

Produk Kerajinan Baduy

Wisatawan asing yang berkunjung dan membeli kerajinan asli Suku Baduy ini terdiri dari beberapa negara besar seperti Amerika Serikat, Belanda, Polandia, Swiss dan Swedia. Perkembangan produk kerajinan Suku Baduy mengalami kenaikan pesat, sehingga sekarang tercatat ada sekitar 860 pengrajin yang bekerja membuat kerajinan-kerajinan tradisional Suku Baduy.

Ciri khas dari produk kerajinan Suku Baduy ini mengandalkan bahan baku yang masih asli dari sumber daya alam sekitar, kemudian dibuat dengan keahlian tangan serta ketelitian membuat corak serta model yang tetap mengedepankan tradisi Suku Baduy.

Salah satu contohnya adalah Tas Koja yang dibuat menggunakan akar pepohonan dari hutan kawasan Suku Baduy. Begitu juga dengan gantungan kunci yang terbuat dari tempurung kelapa untuk dijadikan souvenir, tali ikat dari pohon teurep hingga miniatur alat rumah tangga.

Harga produk kerajinan Suku Baduy, seperti kain tenun Rp65.000, baju Rp70.000, selendang Rp250.000, tas koja Rp25.000, kopiah Rp15.000, golok Rp300.000, pernak-pernik dari harga Rp15.000 hingga Rp25.000.

Produk Kerajinan Suku Baduy

Selain memproduksi produk budaya kerajinan tangan, Suku Baduy juga memproduksi hasil alam menjadi minuman konsumsi kesehatan, seperti minuman jahe gula aren yang dijual Rp30.000 per botol dan madu Rp40.000 per botol.

"Saya menilai produk-produk kerajinan Suku Baduy tidak kalah dengan produk pabrikan, meskipun dikerjakan secara tradisional," lanjut kepala desa.

Seorang pedagang di kawasan Baduy, Amir (35), mengatakan bahwa selama ini banyak pengunjung wisatawan asing mendatangi masyarakat di kawasan Baduy dengan membawa rombongan dan rata-rata wisatawan asing tersebut membeli berbagai kerajinan yang tersedia. Mereka menilai, produk-produk Baduy sangat alami dan memiliki keunikan tersendiri karena didominasi warna biru dan hitam, seperti pakaian batik, kain tenun, sarung, salendang, dan tas koja.

"Kios saya sendiri setiap akhir pekan penjualan produk Baduy meningkat tajam," katanya.

Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Herisnen, mengatakan pemerintah daerah terus melakukan diversifikasi produk-produk kerajinan Baduy dengan memberikan pelatihan dan pembinaan kepada para perajin. Bahkan, diantaranya perajin Baduy mengikuti magang ke Tasikmalaya, Jawa Barat.

"Diversifikasi produk ini dimaksudkan agar barang kerajinan Baduy lebih menarik dan bisa menembus pasar global," katanya.

"Saya yakin dengan diversifikasi produk itu tentu sangat bermanfaat bagi warga Suku Baduy untuk mengembangkan usaha kerajinan yang pada akhirnya dapat meningkatkan ekonomi mereka," tutupnya.

(Antaranews: Mansur/Ganet)
Disqus Comments