Indonesia adalah negara dengan jumlah hutan yang luas, demikian pula pastinya memiliki stok kayu yang melimpah. Dimana jika digunakan dengan bijak akan dapat menghidupi masyarakat di sekitarnya. Dengan sedikit kreasi produksi kerajinan kayu dapat dikembangkan menggunakan bahan bahan yang mungkin pada awalnya dianggap sebagai produk sisa yang tidak memiliki daya bentuk dan jual yang tinggi seperti ranting pohon Jati.
Kerajinan furniture ranting kayu jati kreasi Ahmad Sa'dun, seorang warga Giripeni, Wates, Kulonprogo ini misalnya. Adalah contoh bagaimana kreasi bahan baku yang digunakan dengan bijak akan mampu menghidupi seorang pengrajin yang terhimpit upaya bertahan hidup dalam terjangan krisis moneter silam.
Sa'dun pada waktu itu di kenalkan kepada seorang pengusaha meubel di kota Yogyakarta untuk mengembangkan kerajinan oleh rekannya. Perlahan Sa'dun mulai mengembangkan kerajinan furniture ranting kayu jati bermodalkan uang modal Rp 2 juta hasil pinjaman dari salah seorang pengusaha mebeler yang memberi kepercayaan penuh terhadapnya. Modal itulah yang kemudian dikembangkan hingga dia bisa membuat berbagai jenis kerajinan, seperti rak, kursi, meja, dan sebagainya.
Dari situlah usaha kerajinan furniture ranting kayu jati Sa'dun mulai berkembang. Dibantu 10 orang karyawan, rata-rata dalam seminggu Sa'dun bisa meraup omzet Rp 4 juta. Sebulan, usaha Sa'dun bisa beromzet Rp 20 juta. Hasil itu merupakan penjualan kerajinan ke Titon Craft yang merupakan pemilik dari usaha meubel yang memberinya pinjaman modal. Lalu kerajinan itu dikirim ke beberapa negara.
Pria kelahiran Jogja 5 Mei 1964 itu mengaku untuk mendapatkan bahan dasar kerajinan berupa ranting pohon jati tidak sulit. Dia bisa mengambil ranting dari pohon jati yang dibeli beberapa relasinya. Daripada ranting hanya digunakan sebagai kayu bakar, dia memanfaatkannya agar memiliki daya jual tinggi. Untuk ranting pohon, Sa'dun bisa mendapatkan di beberapa daerah di Kulonprogo.
Untuk proses pembuatannya, ranting pohon jati terlebih dulu diambil kulitnya. Kemudian setelah itu baru diamplas agar ranting bisa halus. Lalu ranting itu mulai dipotong sesuai kebutuhan kerajinan yang akan dibuat. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kerajinan, waktunya berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesulitannya.
Sa'dun menyatakan produksi mebeler dari ranting pohon jati, selain memiliki bahan dasar yang kuat, hasil kerajinan juga tidak mudah terserang rayap atau mudah rapuh. Dalam pembuatannya, dia memperhatikan tahap per tahap agar produksi kerajinan bisa awet, termasuk mengolesnya dengan obat.
Meski hasil kerajinannya biasa disalurkan melalui Titon Craft, Sa'dun tetap melayani jika ada pembeli yang membeli langsung ke rumahnya. Kerajinan furniture akar kayu jati produksinya dikenai harga yang beragam, dari Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu. Untuk meja satu set biasa Sa'dun jual dengan harga Rp 1,8 juta.
Baca juga:
Home
Daur Ulang
Dekorasi
Furniture
Inspirasi
Jawa
Kerajinan Kayu
Yogyakarta
Furniture Ranting Kayu Jati, Mengangkat Harkat Sisa Kayu
Jumat, 12 Januari 2018
Furniture Ranting Kayu Jati, Mengangkat Harkat Sisa Kayu
Share this
Recommended
Disqus Comments