Minggu, 07 Januari 2018

Estetika Anyaman Mendong Melawan Sintetisasi

Kreasi anyaman dewasa ini di dominasi penggunaan bahan sintetis seperti plastik, yang jika di lihat secara bisnis memang lebih ekonomis dan mudah di dapatkan untuk produksi skala besar. Tetapi hal tersebut tidaklah menyurutkan penggunaan bahan alami sebagai bahan baku kerajinan anyaman, karena bahan dari alam menjanjikan estetika dan nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Hal tersebut tercermin dari kerajinan anyaman mendong yang berasal dari Kecamatan Minggir kabupaten Sleman. Mendong (fimbristylis globulosa) adalah salah satu jenis tumbuhan yang hidup di rawa. Mendong dapat hidup dengan baik di daerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup. Tanaman jenis rumput ini biasanya tumbuh dengan panjang 70-100 sentimeter. Mendong bisa dikatakan menjadi salah satu ciri khas Kecamatan Minggir karena jenis tanaman ini tidak banyak ditemukan di tempat lain di seluruh wilayah D.I. Yogyakarta

Jika pada awalnya mendong banyak dibutuhkan hanya untuk membuat tikar, pada masa ini kreasi dari tanaman mendong sangatlah bervariasi. Kerajinan anyaman mendong yang kini banyak dijumpai ada berbagai macam seperti peci, sandal, dompet, amplop undangan, tempat sampah, pigura, dan ada masih banyak yang lainnya.

Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, pengrajin anyaman mendong pun harus memperhatikan proses produksi. Mulai dari pengumpulan bahan baku yang berkualitas, proses pengolahan mendong sampai menjadi produk siap jual. Proses pengolahan mendong sendiri meliputi pewarnaan mendong, pembuatan cetakan dan perangkaian mendong menjadi bentuk yang diinginkan. Hasil kerajinan anyaman mendong yang berupa tas, dompet, sendal dan lainnya tidak kalah bagus jika dibandingkan dengan tas-tas yang ada di toko-toko besar ataupun gerai gerai fashion. Harganya pun cukup terjangakau, antara Rp. 20.000 – ratusan ribu rupiah per item.
Disqus Comments