Setiap wilayah di indonesia memiliki hasil kerajinan yang menjadi ciri khasnya. Jika anda berkunjung ke Papua, Anda pun bisa melihat hasil kerajinan khasnya, seperti noken, lukisan kulit kayu dan ukiran kayu suku Asmat.
Suku Asmat mendiami daerah Teluk Flamingo dan Teluk Cook, di wilayah pantai sebelah barat daya Papua. Suku Asmat sendiri sudah terkenal sebagai pemahat kayu sejati. Hasil-hasil pahatannya sudah memiliki nama yang menjadi jaminan kualitas. Ukiran kayunya yang rumit menjadi ciri khasnya. Tidak hanya itu, model pahatannya pun tidak biasa. Inilah yang menarik perhatian wisatawan baik dalam maupun luar negeri.
Peralatan yang umumnya digunakan para pengrajin untuk membuat ukiran kayu suku Asmat terdiri dari kapak batu, gigi binatang dan kulit kerang. Sedangkan untuk menghaluskan patahan, mereka menggunakan taring babi, gigi-gigi ikan tertentu dan tiram, sungguh kombinasi bahan dan alat yang sangat eksotik.
[caption id="" align="aligncenter" width="500"] kerajinan suku Asmat[/caption]
Ukiran kayu Suku Asmat sangat menarik dunia karena motifnya yang beragam serta sarat makna budaya. Misalnya, ukiran yang menggambarkan wajah nenek moyang, binatang-binatang yang dekat dengan kehidupan masyarakat seperti kasuari dan buaya serta motif-motif antropomorfik.
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui pemahat untuk menghasilan ukiran kayu suku Asmat yang indah. Pertama, ukiran diawali dengan memahat sepotong kayu untuk dibentuk. Kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan. Dalam pemilihan warna sendiri suku Asmat memiliki persepsi sendiri, dimana warna merah melambangkan daging, putih berarti tulang, sedangkan hitam melambangkan warna kulit dari suku Asmat.
Harga yang dikenakan untuk ukiran kayu dari suku Asmat ini adalah cukup tinggi, karena selain nilai estetika, kerajinan tersebut mewarisi nama besar kerajinan ukiran kayu suku Asmat yang telah mendunia sehingga rata rata harganya bisa mencapai jutaan rupiah per buahnya.