Kabupaten Natuna di kepulauan Riau memiliki sebuah kecamatan yang bernama Serasan. Sebuah wilayah dengan kondisi geografis daratannya yang di kelilingi oleh lautan membuat wilayahnya potensial menjadi objek wisata karena adanya pantai yang indah dan alami.
Dengan kondisi yang sedemikian rupa membuat mayoritas penduduknya secara otomatis menggantungkan hidup dengan menjadi nelayan, berkebun dan ada pula yang menjadi pengrajin kerajinan Tikar.
Pilihan menjadi pengrajin tikar adalah didukung dengan keberadaan bahan baku yang melimpah, yaitu daun pandan. Daun yang digunakan sebagai bahan baku tikar Serasan adalah baik dari pandan berduri maupun tidak. Daun pandan biasanya di dapat dari mencari langsung ke hutan ataupun mengupah orang untuk mencarinya.
Pada awalnya tikar Serasan hanya digunakan untuk kebutuhan sehari hari, seperti alas tempat tidur, alas duduk, akas memandikan mayat dan sebagainya. Seiring perkembangan jaman, kini penggunaan tikar Serasan juga telah merambah sisi dekorasi sebagai paduan furniture dan gaya hidup.
Rata rata pengerjaan tikar oleh masing masing pengrajin adalah paling cepat 2 hari untuk tikar dengan bentuk sederhana. Untuk tikar Serasan dengan pola kesulitan, kerumitan dan dimensi luas yang besar dan rumit biasanya membutuhkan waktu pengerjaan mulai 1 minggu hingga 2 bulan.
Nilai jual yang di kenakan oleh pengrajin pada tikar Serasan produksinya bervariasi seperti halnya waktu pengerjaannya. Variabel seperti keindahan motif, kerumitan pola anyaman, ditambah luas tikar yang bermacam macam membuat harga tikar Serasan ada yang hanya seharga Rp 7.000 tetapi ada pula yang memiliki harga hingga 700.000 Rupiah.
Hingga dewasa ini, para pengrajin masih terus melakukan berbagai inovasi motif seiring perkembangan kreativitas dari para pengrajin guna meningkatkan kualitas dan harga jual dari Tikar Serasan itu sendiri.
Jumat, 15 Desember 2017
Tikar Serasan Hasil Anyaman Pandan dari Natuna
Share this
Recommended
Disqus Comments