Selasa, 18 Juli 2017

Lampion nusantara dari Sujono Djonet untuk Indonesia

Tantangan dari Owner Jatim Park Group Paul Sastro agar Sujono Djonet membuat lampion mirip dengan lampion di luar negeri, akhirnya membawa berkah. Selain sukses membuat semua lampion di Kota Batu, karya Djonet juga dipesan sampai pengelola wisata di Pulau Jawa hingga Kalimantan.

Lampion buatan Djonet murni buatan tangan semua (handmade). Dia menamakan lampion nusantara, sehingga tidak ada kemiripan antara satu dengan lainnya. Bentuknya tidak seperti lampion buatan pabrik yang cenderung kaku dan seperti mainan. "Lampion saya mempunyai nilai seni seperti membuat patung," kata Sujono Djonet yang dulu pernah menjadi petani bunga ini.

Saat ini, Djonet menjadi perajin yang membuat Kota Batu dikenal dengan wisata malam dengan lampion. Karya-karyanya pun yang disebut lampion nusantara sudah berada di berbagai kota besar di Indonesia. Pada mulanya dia bekerja di Jatim Park 1 sebagai art manager pada tahun 2006.

Dia pun mendesain seni yang ada di tempat wisata itu. Suatu ketika diajak oleh Paul Sastro berwisata ke luar negeri, tepatnya di Malaysia. Di sana ada sebuah lampion yang sangat bagus. Kala itu, Sastro menantang Sujono Djonet agar membuat lampion dengan ciri khas yang berbeda, tentunya dengan harga bahan yang lebih murah.

Djonet yang juga seniman lukis dan gambar serta seni rupa mulai memikirkan. Akhirnya, dia berhasil membuat lampion garden di Batu Night Spectacular (BNS), dan diklaim sebagai zona wisata lampion pertama di Indonesia.

Di BNS Kota Batu, semua lampion yang dipasang adalah buatan Djonet dan timnya. Mulai dari lampion garden, pintu masuk lampion garden, dan semua lampion di sana. Khusus lampion garden, Djonet mengatakan, lampion itu baru dibuatnya. Kehadiran lampion tersebut membuat lampion garden lebih bercahaya.

Karya-karya Sujono Djonet lainnya adalah semua lampion di BNS Kota Batu, lampion buah apel, lampion sapi di Alun-Alun Kota Batu, Surabaya Carnival, Taman Pelangi di Jogjakarta, rumah dinas wali Kota Batu, rumah dinas di Balikpapan. Dia mengatakan, harga lampion paling murah Rp 500 ribu hingga ratusan juta rupiah.

Dia mengatakan, Kota Batu menjadi kiblat lampion nusantara. Sebab, banyak orang yang memesan lampion dari dirinya. Djonet mengatakan, itu berkat lampion garden yang berada di BNS serta lampion yang berada di Alun-Alun Kota Batu. Banyak orang yang bertanya-tanya mengenai lampion tersebut. Dia pun menjumpai aksi penjiplakan yang terjadi di internet. Dia terus berupaya mempertahankan kualitas agar terus bertahan dan berkembang.

[xyz-ihs snippet="Kerajinan-Indonesia"]

Disqus Comments