Sabtu, 03 Maret 2018

Raup Puluhan Juta dari Usaha Kerajinan Kayu Jati

Jawa Tengah - Banyaknya limbah kayu Jati Belanda atau biasa disebut Jagon atau Jabel yang merupakan bahan pallet peti kemas dilirik oleh Kristiyanto (31), warga Perumahan Madureso Indah Kabupaten Temanggung.

Di tangan kreatifnya, sisa ekspor kayu Jati Belanda dapat disulap menjadi beragam kerajinan kayu bernilai ekonomis sangat tinggi.

Di sebuah bangunan berukuran sekitar 8 x 3 meter yang terletak di Jalan Suwandi Suwardi Kelurahan Madureso Kecamatan Temanggung yang ia beri nama “Kayuki Craft”, Yanto, begitu ia akrab disapa biasa memproduksi sekaligus memamerkan hasil karya seni miliknya.

Puluhan karya seni telah lahir dari ide kreatif dan tangan terampilnya. Antara lain jam dinding, pigura foto, kursi, meja, tempat pot bunga, tempat lampu meja, pagar rumah, rak buku, almari mini, sandaran lukis, rak hiasan rumah, asbak, tempat kapur, papan tulis, hingga hiasan berukuran mini lainnya.

“Saya memulai bisnis kerajinan kayu Jati Belanda ini sejak Januari tahun 2016. Awalnya, hanya memanfaatkan garasi rumah. Namun seiring berkembangnya jumlah dan jenis hasil karya, pada bulan Agustus di tahun yang sama, saya akhirnya pindah di lokasi yang sekarang saya tempati,” kata jebolan SMK Negeri 1 Temanggung tahun 2005 itu, Sabtu (11/2).

Harga yang ia tawarkan cukup beragam, mulai Rp 50 ribu sampai jutaan rupiah. Bahkan, ia sering mendapat pesanan borongan untuk menyeting sebuah ruangan. Mulai kafe, kedai kopi, kantor, hingga skala rumahan dengan budget antara Rp 7,5 sampai Rp 30 juta.

Dalam sebulan, ia mengaku rata rata telah mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah. Berbekal pemasaran via media sosial, kini pelanggannya telah merambah hampir di seluruh penjuru tanah air.

“Sepertinya hampir tiap pulau sudah kemasukan produk Kayuki. Terutama jam dinding model domino yang banyak dipesan via online,” imbuhnya.

baca juga : Yogyakarta Harus Bisa Jadi Kota Kerajinan Kayu dan Furnitur

Ia menjelaskan, kayu jenis Jati Belanda ini segaja dipilih lantaran seratnya yang cukup bagus dan memiliki nilai artistik tinggi. Untuk menjadikannya produk kreatif, mula - mula kayu yang masih berbentuk lembaran diberi pola terlebih dahulu. Setelah itu masuk tahap pemotongan, kemudian finishing, dan terakhir penyemprotan cat.

“Cat yang saya maksud bukanlah cat warna. Tapi jenis melamin bening agar bentuk serat kayu masih terlihat sehingga menimbulkan kesan natural,” jelasnya lagi.

Meski telah banyak menerima pesanan, namun ia juga mengeluhkan sulitnya memperoleh bahan baku mentah. Oleh sebab itulah, ia kini tengah berpikir keras menggunakan jenis kayu lain sebagai alternatif. Seperti Mahoni, Damar, Suren, dan Kayu Nangka yang banyak tumbuh di Indonesia.

Ke depan, Yanto memiliki sebuah impian, merangkul seluruh perajin kayu lokal asal Kabupaten Temanggung agar kendala selama ini seperti sulitnya pemasaran dan standarisasi produk dapat teratasi dan produk kayu dapat lebih mendunia.

“Saya ingin galeri saya ini dijadikan pusat kerajinan kayu jati Temanggung. Tentu dengan melibatkan lebih banyak perajin. Jadi kalau ada wisatawan atau orang luar hendak mencari oleh oleh khas Temanggung, ya ke Kayuki ini,” pungkasnya.

Sumber : merdeka.com
Disqus Comments