Jumat, 09 Maret 2018

Kerajinan Perhiasan Emas Tradisional Sendangduwur dan Senyuman Para Wanita

Desa Sendangduwur adalah sebuah desa yang telah ditetapkan sebagai desa wisata oleh pemerintah sejak 2012 khususnya Desa Wisata Belanja hasil kerajinan tangan warga, mulai dari batik, bordir, hingga emas dan perak. sepertiga dari total kepala rumah tangga berprofesi sebagai perajin emas.

Seperti pula harga emas yang berfluktuasi, pengrajin emas juga mengalami masa pasang surut permintaan. Ketika sedang musim ramai pesanan, dimana di desa tersebut peak season pesanan terjadi linear dengan berlangsungnya panen tembakau di kota Bojonegoro. Hal itu disebabkan budaya turun temurun menggunakan emas sebagai media investasi ala orang tua pada jaman dahulu.

Kerajinan emas sudah menjadi profesi turun-temurun di Desa Sendangduwur. Para perajin yang masih bertahan sampai saat ini telah menyaksikan proses pembuatan perhiasan emas sejak zaman nenek buyut mereka.
Konon, kerajinan perhiasan emas pertama kali dibawa oleh Sunan Sendangduwur sekitar Abad ke-15. Sejak saat itu, mayoritas penduduk laki-laki belajar membuat perhiasan. Setelah mahir, mereka menjadi perajin perhiasan.

Proses pembuatan perhiasan model apapun, dimulai dengan memipihkan emas batangan berkadar 24 karat. Emas itu dipecah kecil-kecil menggunakan palu, kemudian dilebur. Jika ingin mengurangi kadar emasnya, tinggal ditambahkan tembaga dan perak sesuai dengan kadar yang ingin dicapai. Setelah melebur, lelehan emas dibentuk berdasarkan jenis yang ingin dibuat. Bentuk cincin tentu memiliki cetakan yang berbeda dengan gelang, begitu juga dengan kalung. Untuk kalung, lelehan emas dibentuk menjadi kawat-kawat kecil dan panjang. Kawat-kawat itu selanjutnya melewati proses penghalusan. Jika sudah siap, kawat-kawat mengilap siap dipotong, dibentuk sesuai pola, lalu dirangkai sesuai jenis kalung yang dikehendaki.

[caption id="" align="aligncenter" width="500"]kerajinan perhiasan emas sendangduwur kerajinan perhiasan emas sendangduwur[/caption]

Di tengah maraknya perhiasan emas dari pabrik yang dikerjakan dengan peralatan yang canggih, para pengrajin di desa Sendangduwur masih mengandalkan alat-alat manual. Palu dan alasnya, tang, gunting, pencapit, dan mesin patri menjadi "senjata" wajib. Sebagian besar warnanya kehitaman tanda sudah dimakan usia. Atau istilah kekininannya, semua alatnya sudah jadul.

Jika dibandingkan dengan perhiasan emas buatan pabrik, perhiasan emas made in Sendangduwur memang kalah dalam beberapa hal, seperti model, motif, bentuk, dan warna. Akan tetapi, perhiasan emas hasil dari alat manual lebih kuat dan lebih murah. Saya yakin, keunggulan yang terakhir ini bisa membuat para perempuan tersenyum girang.
Disqus Comments