Sebuah folklore dari tanah jawa mengiringi keindahan sebuah rawa seluas kurang lebih 2.670 hektare di wilayah semarang. Sebuah kisah tentang asal mula terjadinya rawa yang disebabkan karena muntahnya air tanpa henti dari lubang bekas dicabutnya sebuah lidi yang ditancapkan oleh Naga Baru Klinting, dikarenakan kutukan dari Klinting yang merasa dibuang oleh warga setempat. Hingga saat ini warga sekitar Rawapening masih meyakini jika Baru Klinting masih mendiami dan menjaga Rawa tersebut meski dengan wujud seekor ular besar atau bisa disebut naga.
Untuk arti lain dari Rawa pening dianggap adalah berasal dari nama Bening, rawa dengan air yang jernih ini terletak dalam 4 wilayah kecamatan, Ambarawa, Tuntang, Bawen dan Banyubiru yang lokasinya merupakan titik cekungan terendah dari lereng gunung Merbabu, Ungaran dan Telomoyo yang mengelilinginya.
Dalam setiap rawa atau danau pasti bisa ditemukan tananman enceng gondok atau Eichhornia crassipes yang pertama kali ditemukan oleh Carl Friedrich Philipp von Martius di perairan Amazon. Tanaman tersebut dikenal sebagai gulma bagi tanaman sawah, dan juga menjadi penyebab pendangkalan pada perairan danau atau kolam karena perkembang biakannya yang sangat cepat hingga mampu menutupi permukaan perairan.
Dari tanaman eceng gondok yang memenuhi rawa pening tadi, oleh warga sekitar dapat dimanfaatkan. Mereka melihat peluang yang cukup besar dari pengolahan enceng gondok. Kemudian warga setempat mencoba untuk memanfaatkannya. Mereka mencoba membuat aneka kerajinan enceng gondok dari batang tumbuhan tersebut.
Warga sekitar melihat peluang ekonomi dari pertumbuhan enceng gondok yang melimpah, mereka mencoba membuat kerajinan tangan dari batang enceng gondok, karena daun beserta akarnya tidaklah bisa digunakan untuk membuat kerajinan.
Dari Kerajinan enceng gondok yang dikeringkan tersebut warga mulai menjualnya di sekitar Rawa sebagai souvenir. Ternyata kerajinan enceng gondok tersebut memiliki banyak peminat. Kemudian warga mulai memperbanyak produksinya, hal ini memberi nilai tambah ekonomi, warga juga sekaligus menjaga kelestarian rawa dengan membersihkannya dari gulma yang tumbuh subur di perairannya.
Dari Kerajinan enceng gondok berupa sandal, tas, dompet serta pernik-pernik perhiasan enceng gondok sampai furniture pun dapat dibuat dari enceng gondok. Untuk harga souvenir bisa didapat di kisaran harga puluhan ribu rupiah dan untuk furniture seperti sofa atau meja bisa mencapai minimal harga satu juta per satuannya. Kerajinan enceng gondok adalah bisa diandalkan dari sisi ketahanan maupun estetika, yang membuatnya menjadi primadona kerajinan berbahan serat alam.
Home
Aksesoris
Alas Kaki
Ambarawa
Anyaman
Berita
Enceng Gondok
Furniture
Jawa
Kerajinan Tas
Kerajinan Enceng Gondok Sebagai Bentuk Pelestarian Rawa Sang Naga
Selasa, 06 Maret 2018
Kerajinan Enceng Gondok Sebagai Bentuk Pelestarian Rawa Sang Naga
Share this
Recommended
Disqus Comments