Tas anyaman rotan ini berasal dari Desa Long Sule, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Dengan ukirannya yang khas Dayak serta memiliki nilai estetika dan seni anyaman yang tinggi. Menyesuaikan perkembangan kreasi seni yang maju pesat, perajin tas anyaman rotan ini mulai mengembangkan berbagai kreatifitas untuk menambah nilai. Diantaranya dengan mengombinasikan motif, menambah nama pemesan dan menerima penyesuaian dari kostumer.
[caption id="attachment_2831" align="alignnone" width="640"] Foto: Radar Malinau[/caption]
Proses Pembuatan Tas Anyaman Rotan Malinau
Proses pembuatan tas anyaman rotan ini melalui perjalanan yang panjang. Perajin harus mengambil rotan ke dalam hutan dengan menggunakan ketinting (perahu mesin kecil) dan menyusuri sungai jeram. Kemudian sebelum pengambilan rotan, dilakukan pemilihan rotan agar nantinya bisa dianyam. Setelah itu rotan dijemur selama dua hari.
Untuk proses pewarnaan, para perajin menggunakan bahan-bahan pewarna alami yang diambil dari hutan. Berupa daun kalen dan tigang ngaet. Selanjutnya daun tersebut dicampur dengan tanah pilihan, setelah dicampur baru kemudian direbus bersama rotan yang diraut selama dua hari dengan apa yang terus menyala.
Motif dari tas rotan malinau ini bisa bermacam-macam, dan sangat bergantung pada kreatifitas perajin yang membuatnya. Namun motif peninggalan dari nenek moyang mereka masih lebih banyak mendominasi hasil kerajinan anyaman rotan Malinau saat ini.
Karena tingkat kerumitannya, untuk pengerjaan untuk satu tas anyaman kecil bisa membutuhkan waktu hingga 5 hari dan untuk ukuran besar bisa mencapai dua minggu atau bahkan satu bulan.
Peninggalan Orang Tua Jaman Dulu
Dari beberapa perajin didapatkan informasi bahwa keahlian menganyam di Kabupaten Malinau ini merupakan warisan dari orang tua mereka jaman dulu secara turun temurun. Di Malinau, ada anggapan bahwa perempuan di kampung mereka harus bisa menganyam. Kalau tidak bisa menganyam maka akan dianggap seperti laki-laki.
Perempuan di Malinau diajak dan dibesarkan untuk bisa melestarikan kebudayaan kerajinan anyaman rotan ini. Selain sebagai bagian dari tradisi, juga bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan tambahan. Rata-rata pendapatan dari membuat tas anyaman rotan ini Rp 2jt dalam sebulan.
Sentra Kerajinan Long Sule dan Long Pipa
Untuk menuju lokasi sentra kerajinan Long Sule dan Long Pipa yang merupakan sentra perajin tas anyaman rotan ini membutuhkan waktu perjalanan selama 1.20 jam dari Ibu Kota Kabupaten Malinau dengan menggunakan pesawat kecil.
Tas rotan Malinau dengan keunikan serta kekhasannya perlahan mulai terkenal dikalangan sendiri, berdasarkan informasi, didapatkan bahwa tas-tas anyaman rotan ini banyak dibeli oleh para pejabat daerah terutama ibu-ibunya. Ditambah dengan mulai berkembangnya kreatifitas dari perajin sehingga bentuk tas anyaman rotan ini tidak lagi hanya bentuk tradisional.