Jumat, 19 Januari 2018

Miniatur dari Limbah Elektronik Buatan Mojokerto

Mojokerto - Kerajinan adalah sesuatu jenis kreasi yang terbentuk dari inspirasi ketika melihat sesuatu yang lain. Kadang tidak hanya sesuatu di alam yang menjadi tonggak awal pemikiran, tetapi inspirasi akan pembuatan suatu kerajinan bisa juga di karenakan melihat produk kerajinan lain.

Seperti apa yang terjadi dengan pengrajin kerajinan miniatur dari limbah elektronik bernama Khusnul Yakin yang terinsipirasi dari lukisan bulu ayam dengan cara ditempel. Didukung dengan banyaknya limbah elektronik di rumahnya, ia kemudian menyulapn limbah elektronik tersebut menjadi kerajinan miniatur berbagai bentuk

Yakin memulai usaha sekaligus hobinya dengan berburu limbah elektronik setelah uji cobanya yang pertama untuk membuat miniatur motor besar (moge, red) disukai oleh rekan rekannya. Pasalnya meski sejak tahun 1978 lalu, saat ia pertama kali membuat kerajinan miniatur dari limbah elektronik ini namun ia tak pernah mengikuti pameran.

"Hanya dari teman-teman dan orang-orang yang datang ke rumah karena istri saya kebetulan kerja di kantor kelurahan meminta tolong untuk mengurus surat, mereka melihat kerajinan buat saya. Dari situ mereka menceritakan ke yang lain, hanya seperti pemasaran yang saya lakukan, saya tidak pernah ikut pameran-pameran," ungkapnya ungkap Yakin.

Meski awalnya ia lebih condong menyukai seni lukisan dengan kuas, namun karena saat duduk di bangku SMP, bapak dari tiga orang anak ini mulai mengenal elektro dan sering membuat berbagai macam percobaan. Dari percobaan yang banyak tersebut menumpuk di rumahnya hingga akhirnya ia menyulapnya menjadi kerajinan miniatur.

Berbagai jenis kerajinan miniatur dari limbah elektronik seperti alat transportasi seperti moge, mobil, kapal, kereta api hingga robot serta binatang seperti badak, kupu-kupu dan bahkan dinosaurus mampu ia buat. Meski begituarga Jalan Arjono 5/20 Perum Wates, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto ini pun ternyata mempunyai kendala, yaitu sulitnya mencari limbah elektronik menyebabkan lamanya proses pembuatan kerajinan buatannya.

Bahkan untuk mencari limbah eletronik, ia harus berburu ke pasar loak yang ada di luar kota saat bahan baku di Mojokerto tidak ada, seperti di Malang dan Solo. Bahkan, ia rela keluar dari jabatannya sebagai teknisi pada perusahaan karton di Gresik demi menekuni hobbynya merangkai limbah elektronik menjadi sebuah miniatur.

"Tidak semua bahan bisa dipakai, saya menggunakan barang bekas karena jika menggunalan barang baru harganya mahal. Kendalanya hanya di bahan baku, jika bahan bakunya ada semua langsung bisa jadi karena saya tidak pakai sketsa, liat cocok langsung tempel tapi kalau tidak ada maka membutuhkan waktu yang lama," ujarnya.

Masih kata Yakin, kerajinan miniatur dari limbah elektronik buatannya tersebut kadang dikerjakan sesuai permintaan konsumen. Harga yang pernah ia lepas untuk kreasinya tersebut mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 10 juta. Untuk Rp 50 ribu berbentuk kupu-kupu, sedangkan harga Rp 10 juta yakni meja kaca yang dibawa ada miniatur kapal induk. Meja tersebut dibeli orang China yang ada di Bali.
Disqus Comments