Pemilihan Yogyakarta sebagai tuan rumah Jiffina ini bukanlah tanpa alasan. Ketua Organizing Commitee Jiffina 2016, Endro Wardoyo mengatakan bahwa "DIY tetap dinilai masih menjadi titik tengah poros potensi industri mebel dan kerajinan di Jawa dan Bali. Dengan berbagai keunggulan seperti lokasi berada di tengah sehingga mudah dijangkau dan ragam produk bervariasi, DIY punya kekuatan untuk menggaet buyer luar negeri secara besar."
"pasar domestik perlu dijangkau pelaku industri furnitur karena saat ini pertumbuhan properti di Indonesia, khususnya di Jogja, semakin tinggi. Industri properti seperti apartemen dan hotel ini tidak akan jauh dari kebutuhan furnitur. "Jangan sampai propertinya di Jogja tapi furniturnya dari China semua," tambah Steering Committee (SC) Jiffina 2016, Yuli Sugiyanto, saat jumpa pers Jiffina 2016 di Fave Hotel Kotabaru Jogja, Rabu (9/3/2016) siang.
Dalam pameran yang mengundang buyers dari berbagai benua seperti Asia, Eropa, Amerika, Australia dan Afrika ini akan diikuti 160 seller dari perusahaan kecil, menengah, dan besar. Peserta pameran datang dari berbagai kota besar di Indonesia dari Jogja, Solo, Bali, Jepara, Semarang, Jakarta, Jombang, Bojonegoro, dan Bontang. Sedang dari pihak buyer sebanyak 1.026 buyer dari 36 negara sudah melakukan registrasi dan memastikan diri hadir.
Diharapkan transaksi yang terjadi akan terjadi dalam order besar, bukan retail sehingga nominal yang didapatkan juga besar. Karena beberapa peserta buyer merupakan pelanggan yang biasa memesan karya kerajinan furniture dari Indonesia maka diharapkan nilai transaksi akan melonjak. Diharapkan paling tidak bisa sekali pengiriman barang dalam 1 kontainer jenis 20 High Cube senilai 20 ribu hingga 24 ribu USD.
Info lebih lanjut: