Minggu, 12 November 2017

Senthir Sumunar, Nilai Luhur dibalik Sebuah Nama Kerajinan dari Batok Kelapa

Pada jaman dahulu, sebelum adanya listrik di pelosok desa, masyarakat biasa mendapat penerangan di malam hari dari berbagai alat penerangan tradisional seperti lampu teplok, petromaks, atau juga lampu senthir (lampu minyak). Dengan kemajuan jaman, alat penerangan tersebut kini mengalami pergeseran fungsi menjadi sebuah kerajinan atau souvenir yang cukup digemari.

Di sebuah desa berlokasi kurang lebih 7 km dari kota Solo bernama desa Laban, kecamatan Sukoharjo ini di kenal sebuah kerajinan berbentuk senthir yang di kenal dengan nama senthir sumunar, "Senthir itu lampu minyak, sumunar itu menerangi. Jadi harapannya, usaha ini bisa bermanfaat bagi sekitar," ungkap sang pengrajin yang bernama Sarwidiyanto ini.

Konon pembuatan kerajinan senthir nya berdasarkan dari banyaknya batok kelapa yang tidak terpakai di sekitar rumahnya, sehingga ia merasa tertantang untuk meningkatkan nilai jual batok kelapa tersebut.

Kini ia telah ber ekspansi tidak hanya membuat senthir saja, tetapi juga menghasilkan lampu hias dari batok kelapa juga. Bapak dua anak ini biasanya menggunakan batok dari dua jenis kelapa saja, batok kelapa ijo dan kelapa gading untuk alasan teknis dan estetis. Batok yang sudah dibersihkan dari sabut dan daging kalapa akan ia ampelas dan diberi motif lalu diproses sesuai peruntukannya. Ada yang ia ukir, ada yang dibor dan ada pula yang ia jadikan tempelan menjadi mozaik.

Sarwidiyanto hanya menggunakan bor sederhana dan gerinda sebagai alat utama dalam mengerjakan karyanya. Untuk hasil akhir biasanya ia hanya akan menambahkan melamin sebagai pelapis karyanya agar lebih idah dan juga awet.

Produk dari senthir sumunar ini adalah barang yang limited edition, yang pastinya memiliki nilai tambah karena faktor uniqueness. Setiap produknya tidak di produksi massal, dan juga karena bahan bakunya berupa batik kelapa yang masing masingya selalu berbeda bentuk dan ke khasan masing masing, motif yang di aplikasikan tidak memiliki pola baku.

Kini, sudah beragam karya dihasilkan Sarwidiyanto dalam mengangkat nilai batok menjadi satu kerajinan yang bernilai. Selain senthir dan lampu hias, ia juga telah membuat mangkok, tempat kartu nama, nampan, topeng, kap lampu yang semua ada unsur batoknya.

Hasil jadi dari kerajinan senthir sumunar ini meski di buat dengan bahan yang sederhana, memiliki bentuk hasil jadi yang eksotik. Ia sendiri pun mengaku bahwa proyeksi segmen dari produknya ditujukan untuk menyasar kelas menengah ke atas. Tengok saja senthir buatannya dengan material sederhana, ia memberi harga kisaran Rp150.000. Namun dengan harga itu, tak menyurutkan para pembeli untuk membeli kerajinan buatannya." Karena seni itu mahal harganya," pungkasnya.

[embed]https://www.youtube.com/watch?v=mduM2itRAzw[/embed]

Disqus Comments