Bizen dinamai desa Imbe di prefektur Okayama, sebelumnya dikenal sebagai provinsi Bizen. Karya seni ini adalah teknik pembuatan kerajinan tradisional porselin tertua di Jepang, diperkenalkan pada periode Heian. Bizen adalah salah satu dari enam kiln sisa abad pertengahan Jepang. Tanah liat Bizen memiliki kandungan zat besi yang tinggi dan, secara tradisional mengandung banyak bahan organik yang dilapisi kaca. Tanah liat dapat menjadi banyak bentuk.
Hasil permukaan Bizen sepenuhnya tergantung pada yohen, atau "efek pembakaran." Abu pinus menghasilkan goma, atau "biji wijen" glaze bercak. Lilitan jerami padi menciptakan tanda hangus merah dan coklat. Penempatan potongan di tempat pembakaran menyebabkan mereka dibakar bawah kondisi yang berbeda, dengan berbagai hasil yang berbeda. Meskipun tubuh satu tanah liat dan jenis pembakaran digunakan ada berbagai macam hasil.
Bizenyaki tidak menggunakan lukisan maupun Glaze, melainkan hanya tanah liat yang dibakar begitu saja, aroma tanah itulah ciri khas dari porselin ini. Glaze adalah sejenis obat yang digunakan untuk mengkoting bagian permukaan tembikar untuk menciptakan efek kaca.
Pola yang terbentuk pada permukaan Bizenyaki adalah teknik yang disebut “Goma” dan “Hidasuki”, untuk memantulkan warna bara api dengan keistimewaan warna merahnya.
Cangkir Bizenyaki dapat mengubah rasa kopi?
[caption id="attachment_2013" align="aligncenter" width="641"]
Cangkir Bizenyaki[/caption]Dikatakan bahwa porselin Bizenyaki bisa mengubah rasa dari kopi dan sake. Tostino coffee di Okayama menciptakan sebuah merk kopi original berdasarkan pengamatan dari kualitas porselin Bizenyaki. Kopi tersebut dinamakan “Bizen Brand”.
Dari adanya minat terhadap menikmati rasa dengan kualitas porselin Bizenyaki, dikembangkanlah kopi lezat “Brand kopi yang dinikmati dengan menggunakan cangkir Bizenyaki”. Ketika memesan, akan disuguhkan “Bizen Brand” dalam cangkir Bizenyaki dan dalam cangkir biasa. Kopi yang sama, namun kamu akan terkejut dengan perbedaan rasa pada masing-masing kopi.