Dalam salah satu gugusan pulau di Provinsi Riau, ada kekayaan budaya yang sedang menunggu untuk ditemukan oleh masyarakat luas. Kabupaten yang dibayangi oleh kabupaten lain yang mungkin lebih populer di mata masyarakat Indonesia, yaitu Batam dan Bintan, Lingga sebenarnya memiliki banyak hal yang bisa di tawarkan. Kabupaten yang terdiri dari gugusan 531 pulau dengan 92 diantaranya yang di huni oleh masyarakat ini memiliki tradisi yang kaya akan karya batik dan jilbab yang unik.
Jika selama ini batik dari wilayah lain seperti Pekalongan, Cirebon dan pulau Bali serta Lombok telah lebih dahulu menjadi item populer di kalangan penggemar adibusana lokal dan Internasional, kini batik Lingga dan mantu Tudung telah memasuki fase kepopuleran.
Orang yang bisa dianggap berjasa dibalik menanjaknya Batik Lingga adalah kepala PKK Lingga, Syarifah Rosemawati Daria. Usahanya untuk mengatur dan melatih perempuan dan putus sekolah untuk membuat batik dan tudung mantu telah membawakannya Penghargaan Upakarti - diberikan kepada usaha kecil dan pembuat kerajinan.
Pada tahun 2004 ia menyelamatkan tradisi yang telah bertahan selama hampir 200 tahun produksi jilbab yang dimulai di kesultanan Lingga, setelah dia mendirikan kursus pelatihan untuk membuat tudung mantu. Kesultanan lama memiliki tradisi yang mensyaratkan ratu dan putri yang memakai tudung mantu berwarna Kuning, bangsawan lainnya memakai tudung mantu hijau sedangkan pegawai mengenakan tudung mantu dengan warna hitam. Sekarang ini skema warna tidak lagi berlaku dan wanita memilih tudung warna mantu berdasarkan preferensi pribadi.
Rose mengatakan bahwa ketika ia mulai hanya ada tiga orang yang mengetahui bagaimana membuat mantu tudung. Karena rumit proses pembordiran, seseorang harus menguasai keterampilan menjahit benang perak ke dalam kain menggunakan jarum khusus. "orang harus memesan dan menunggu selama enam bulan sampai satu tahun untuk pembuatannya pada waktu itu," katanya.
[caption id="" align="aligncenter" width="700"] berbagai motif batik Lingga[/caption]
Pesanan berasal dari Sumatera, serta Singapura dan Malaysia dan biasanya untuk pernikahan, atau orang-orang Lingga yang tinggal di Singapura dan Malaysia, katanya."Sekarang karena ada lebih banyak orang yang mampu menghasilkan mantu tudung, tudung satu mantu dapat diselesaikan dalam dua minggu," katanya. Rose mengatakan pekerja menggunakan benang perak buatan India yang didatangkan dari Singapura. Benang India telah digunakan sejak zaman kesultanan, perdagangan laut telah memungkinkan bagi orang-orang Lingga untuk membeli benang India pada masa itu tambahnya.
Setelah kesuksesan Rose dalam pembenahan produksi tudung mantu, pada tahun 2008 Rose membawa 15 orang ke Bandung untuk dilatih dalam produksi batik. Batik Lingga menggunakan bahan dasar kain dari Pekalongan, kata Rose.
Batik Lingga sendiri memiliki ciri khas motif gaya geometris. Sekarang ini desain batik Lingga sudah ada yang dikombinasikan masing-masing desain, seperti bunga paku gajah dengan desain tapak leman, awan larat dengan potong wajik. Harga yang ditawarkan untuk Batik Lingga berkisar mulai Rp.150.000 hingga Rp.700.000.