Gorontalo - Danau Limboto, banyak tumbuh tumbuhan eceng gondok yang mungkin bagi sebagian orang akan dianggap mengganggu, baik secara keindahan maupun kebersihan. Namun tidak bagi sebagian warga Desa Luwoo, Kabupaten Gorontalo.
Beberapa warga desa Luwoo berhasil membuat kerajinan dengan bahan dasar rotan yang dipadukan dengan eceng gondok hingga menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Bahkan produk mereka berhasil tersebar di daerah luar selain Gorontalo.
"Perajin harus dapat berinovasi, tentunya dengan perpaduan dua bahan itu, produk kami mampu menembus pasar luar daerah Gorontalo," kata Suranip di Gorontalo, Rabu (1/9) dikutip dari Antara.
Suranip Abdul, warga Desa Luwoo, Suranip memulai usaha kerajinan paduan dari rotan dan eceng gondok semenjak tahun 1980. Dengan mengandalkan ketrampilannya, Suranip pun membangun perusahaan kerajinan paduan rotan dan eceng gondok.
Ia mengaku, produk buatannya telah dikirim ke Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah hingga Papua dan Jawa. "Produk yang bisa dibuat dengan berbahan dasar rotan dan eceng gondok adalah tas, tempat tidur, keranjang, kursi, sofa serta hiasan dan lampu tidur," katanya.
Selain itu, menurut Suranip, melalui inovasi serta improvisasi dari kedua bahan itu mampu membuat produk Gorontalo bersaing dengan produk dari daerah lain.
"Rotan memang sudah agak sulit didapatkan karena selain harga yang cukup tinggi, harus ada perizinannya juga. Namun eceng gondok, dapat dengan mudah kita temui di Danau Limboto," katanya. Untuk satu produk kerajinan di tempat Suranip, dijual mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 4,5 juta setiap unitnya.
Sementara itu, Asma Yusuf, seorang perajin eceng gondok untuk dipasok ke perusahaan kerajinan mengatakan, eceng gondok bisa didapatkan secara cuma-cuma dari Danau Limboto. "Eceng gondok banyak terdapat di Danau Limboto dan memiliki nilai ekonomi jika diolah menjadi bahan baku kerajinan tangan," ungkap Asma.
Ia menjelaskan, pertama-tama eceng gondok dibersihkan dan diambil batangnya saja. Lalu dikeringkan dengan cara dijemur di bawah terik matahari. "Biasanya jika panas terik, eceng gondok akan cepat kering, yaitu 4-5 hari," kata Asma yang telah dua tahun belakangan membuat bahan baku dari eceng gondok.