Daerah selatan jawa di tepi pesisir adalah sebuah garis dimana banyak sekali terdapat pohon kelapa yang menjadi penopang sekaligus identitas asal dari hasil ekonomi. Seperti halnya daerah Cilacap yang memiliki banyak sekali produsen gula merah sebagai hasil pengolahan kelapa, atau juga sebagai pusat penghasil buah kelapa baik yang tua ataupun yang muda untuk dijadikan minuman segar pelepas penat.
Tetapi terlepas dari sisi ekonomis yang dimiliki buah kelapa, ternyata hasil buangan dari buah kelapa yang rata rata tidak di gunakan bisa menjadi sebuah kerajinan seni yang menarik. Cangkang kelapa kering yang pada umumnya hanya dijadikan bahan bakar dalam tungku untuk memasak oleh masyarakat ini di kumpulkan untuk dijadikan topeng cangkang kelapa, atau biasa disebut topeng cumplung.
Topeng cumplung yang selama ini di produksi oleh pengrajin di desa Jepara Kulon kecamatan Binangun awalnya hanya berangkat dari proses coba coba pengrajin untuk membentuk wajah manusia dari cumplung tersebut. Karena bentuk dari kelapa kering yang beragam, wajah yang tertampil dalam topeng cumplung tersebut selalu bervariasi, sehingga menambah sisi unik dari kerajinan topeng cumplung tersebut.
Dengan kontur cangkang kelapa atau cumplung yang berbentuk membulat, secara otomatis ukuran wajah yang tertampil akan terbentuk secara tiga dimensi. Dengan variasi kontur meski sangat banyak ragam yang terbentuk, tetapi mayoritas bentuk wajah yang muncul adalah berupa wajah kakek kakek atau nenek nenek.
Topeng cumplung yang sudah diukir kemudian diberi pelapis pelitur atau vernis agar tampak mengkilap dan juga tahan lama. Harga yang dipatok pengrajin untuk sebuah topeng cumplung tersebut adalah berkisar dari harga Rp 50.000 hingga Rp 100.000.