Keahlian pandai besi tersebut konan diturunkan dari seseorang yang konon bernama Bronjong. Bronjong ini adalah seorang perantauan dari pulau jawa yang bersama dengan istrinya yang bernama suryani menetap di sumatra. Dalam menentukan tempat menetapnya mereka menemukan sebuah tempat peristirahatan kecil yang terletak di daerah aliran air Payo Pinang.
Kedua orang itu setelah tinggal lama mereka menemukan aliran sungai mranjat dan kemudian menghentikan kehidupan berpindah pindahnya. Oleh karena mereka kemudian menjadi orang yang menetap, mereka kemudian bertahan hidup dengan bercocok tanam dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Karena itu dibutuhkan kebutuhan alat untuk bercocok tanam maka Bronjong kemudian membuat peralatan untuk membantu kehidupannya.
[caption id="" align="aligncenter" width="500"]

Hingga saat ini, keahlian mengolah besi dari kaum laki laki warga Tanjung Pindang telah di kenal secara luas. Hal itu juga menjadikan pengolahan besi menjadi pekerjaan utama diTanjung Pinang. Produk kerajinan pandai besi yang dihasilkan juga bermacam macam, seperti membuat dodos, pahat, parang dan berbagai senjata lainnya.
Sebagai workshop atau tempat usaha dari para pengrajin, biasa di manfaatkan pekarangan tempat tinggal mereka. Sedangkan untuk bahan baku, rata rata pengrajin menggunakan bahan baku dari pipa besi bekas atau per mobil yang kemudian diolah menggunakan alat pandai besi tradisional seperti palu, nimbal, perakuan dan perapen. Setelah menjadi bentuk yang diinginkan kemudian hasilnya akan di gerinda untuk menghaluskan sekaligus menajamkan senjata kerajinan besi tersebut.
[caption id="" align="aligncenter" width="500"]

Hasil dari kerajinan pandai besi desa Tanjung Pinang ini di jual ke berbagai daerah lokal, terutama di wilayah pulau Sumatera seperti Palembang, Lampung, Muaro Bungo , Jambi , Padang dan banyak Lagi. Hal ini di karenakan produk besi tersebut sudah terkenal dan teruji kualitasnya.