Senin, 12 September 2016

Ragam cerita batik Nusantara memang selalu menarik untuk diangkat kisahnya. Namun, kisah yang diangkat umumnya terpusat pada pulau Jawa saja. Padahal, industri batik telah berkembang hingga Papua.

Dalam Pameran UMKM 'Karya Kreatif Indonesia' oleh Bank Indonesia di Balai Kartini, Jakarta, Sabtu (27/8), tabloidbintang.com berkesempatan untuk mewawancarai Mariana Ibo Pulanda, salah satu pengrajin batik asal Papua.

Usia Mariana Ibo Pulanda memang sudah tidak muda lagi, usianya sudah 76 tahun. Tetapi, perempuan yang akrab disapa Mama Ibo ini masih senang bercerita tentang usaha batik khas Sentani, Papua.

Mariana Ibo Pulanda mulai menjadi pengrajin batik sejak tahun 1996. Keterampilan membatik ini dia peroleh setelah mengikuti kursus batik ketika tinggal dengan orang bersuku Jawa pada 1995.

Mama Ibo yang sehari-harinya juga sebagai pendeta itu tergerak untuk menjadi pengrajin batik karena sudah banyak orang luar Papua yang membuat batik bermotif Papua. Kain batik itu lalu dikirim lagi ke Papua dan dijual di sana.

“Saya lihat orang Papua kaya dengan hak-hak intelektual. Tapi, kenapa orang lain yang buat? Kita beli dari orang lain dengan harga yang mahal. Kita sendiri semacam tidak punya gairah dan daya untuk bisa menyumbangkan motif-motif. Itu yang mendorong saya. Kalau orang lain bisa, saya juga bisa,” tutur Mariana Ibo Pulanda mengenai apa yang membuat dirinya tertarik menjadi pengrajin batik.

Batik menjadi sesuatu yang baru di Papua karena daerah ini memiliki budaya berbeda dengan membatik.

“Batik itu bukan budaya kami. Budaya kami itu ukir-ukir di kayu. Batik itu membuat kami orang Papua merasa terpanggil untuk bisa sama dengan saudara-saudara di Indonesia lainnya,” kata Mariana Ibo Pulanda.

Ilmu membatik yang didapat Mariana Ibo Pulanda membuatnya terinspirasi untuk melatih generasi muda Papua.

“Itu saya ambil anak-anak yang kuliah, tapi orangtuanya tidak mampu. Saya ajarkan mereka latihan membatik. Kalau ada yang masuk dari luar untuk belajar batik, anak-anak itu yang jadi pelatih,” lanjut Mariana Ibo Pulanda yang kini memiliki 7 orang pegawai.

Selain mereka, Mariana Ibo Pulanda juga mengajarkan batik kepada ibu-ibu bahkan pendatang asing dari Selandia Baru dan Amerika Serikat.

Dalam Pameran UMKM 'Karya Kreatif Indonesia', Mariana Ibo Pulanda menghadirkan 12 ragam batik khas Sentani.

Mama Ibo berasal dari suku Sentani, yang juga nama daerah kelahiran dan tempat tinggalnya hingga kini.

Koleksi ini hadir dalam bentuk kain, kemeja, dan dress. Harganya beragam dari Rp. 200.000 – Rp. 300.000. Batik-batik ini memiliki motif beragam dimana setiap motif memiliki sejarah tersendiri.

“Setiap cerita ada disini. Motif ini mempunyai cerita seperti batu-batu khas Papua. Motif itu merupakan sesuatu hal yang tidak sembarangan dipakai di Sentani. Orang Sentani itu filosofinya menghargai orang lain dengan adat budaya. Adatnya itu keras,” lanjut Mariana Ibo Pulanda.

Mariana Ibo Pulanda menyambut positif perkembangan industri batik yang semakin maju di Papua serta Indonesia. Menurut Mariana Ibo Pulanda, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari membatik.

“Batik bisa membuat orang lain jadi manusia. Batik juga bisa membuat orang lain merasa suka cita hidup di dunia ini. Karena biar kita kerja berat tapi menghasilkan uang dari batik,” kata Mariana Ibo Pulanda.
Disqus Comments