Selasa, 04 Juli 2017

Tradisi Kerajinan Sumpet dari Suku Tertua di Bangka Belitung

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (disingkat Babel) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P. Pongok, P. Mendanau dan P. Selat Nasik, total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang berpenghuni hanya 50 pulau.


Bangka Belitung terletak di bagian timur Pulau Sumatera, dekat dengan Provinsi Sumatera Selatan. Bangka Belitung dikenal sebagai daerah penghasil timah, memiliki pantai yang indah dan kerukunan antar etnis. Ibu kota provinsi ini ialah Pangkalpinang (wikipedia).


Di Bangka belitung hidup sebuah suku yang di ketahui merupakan suku tertua di propinsi tersebut. Suku Lom juga disebut suku Mapur dikarenakan pada awal keberadaannya mereka banyak hidup di dusun Mapur. Suku ini disebut-sebut sebagai salah satu komunitas yang masih kuat memegang adat dan tradisi nenek moyang.


Masyarakat Suku Lom sebagaian besar bekerja di ladang dan di kebun. Tak jarang mereka juga membuat berbagai anyaman untuk dijual. Salah satu kerajinan tangan suku tertua di Bangka ini adalah Sumpet, yang sering dijual sebagai souvenir kepada para wisatawan. Sumpet merupakan wadah dari anyaman tumbuhan pucot, yang dipakai untuk menaruh nasi. Pucot merupakan bahan dasar dalam membuat sumpet. Tumbuhan yang biasa hidup di rawa-rawa ini sekarang sudah mulai sulit ditemukan. Sumpet sendiri sejak zaman dahulu hingga sekarang sering digunakan sebagai media untuk menaruh buk atau nasi, ketika suku Lom pergi ke ladang. Nasi yang ditaruh dalam sumpet bisa bertahan 24 jam tanpa harus dipanaskan.


Proses pembuatan sumpet dimulai dari mencari pucot sebagai bahan dasar pembuatan sumpet. Setelah ditemukan dan dipotong, pucot diluruskan. Kemudian dicelor atau direndam dengan air panas. Setelah beberapa lama dicelor, pucot digantung agar kering. Kemudian kembali direndam dengan air dingin dan dibiarkan selama kurang lebih 2 hari. Setelah direndam barulah kemudian dijemur saat hari teduh dan angin tidak terlalu kencang. Dalam prosesnya, pembuatan sumpet ini cukup rumit dan memakan waktu cukup lama, tak tanggung - tanggung untuk menganyam satu buah sumpet membutuhkan waktu kurang lebih dua belas jam dalam sekali posisi duduk.


Diperlukan kesabaran yang cukup tinggi untuk menyelesaikan sebuah sumpet ini. Ketelitian juga diperlukan untuk memperhatikan sudut-sudut tempat bersimpulnya lembar-lembar pucot hingga menjadi sebuah anyaman yang cantik. Bagi anda yang berkunjung ke Bangka Belitung, anda bisa mengenal lebih jauh keunikan dan kearifan lokal suku tertua di kabupaten Bangka di dusun Air Abik. Di desa tersebut di jual kerajinan sumpet sebagai oleh oleh yang mengesankan karena keunikannya yang tidak terdapat di daerah lain. Harga yang di patok untuk kerjinan Sumpet berada dalam kisaran Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000 per buah.

Disqus Comments