Jumat, 29 Juli 2016

Desa Wisata Gamplong yang terletak di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta semakin sering menjadi tujuan wisatawan baik domestik maupun luar negeri. Desa yang merupakan kampung kelahiran mantan Presiden Soeharto ini semakin ramai setelah didirikannya Museum HM Soeharto di dekat tempat kelahiran mantan Presiden RI tersebut.

Desa Wisata Gamplong menawarkan produk-produk kerajinan tenun bukan mesin atau biasa disebut ATBM seperti kain batik, serbet, sutera dan lain-lainnya. Dengan produk-produk yang menggairahkan suasana, desa wisata Gamplong semakin memiliki daya tarik bagi wisatawan.

Desa Wisata Gamplong di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, saat ini makin dikenal wisatawan. Setiap libur akhir pekan selalu ramai dikunjungi wisatawan nusantara, bahkan wisatawan mancanegara.

"Kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Gamplong yang makin ramai juga karena imbas dari keberadaan Museum HM Soeharto di rumah tempat kelahiran mantan Presiden ke-2 RI itu di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul," kata penasihat pengelola Desa Wisata Gamplong, Sutopo Sugiharto di Yogyakarta, Senin (24/2/2014).

Menurut Sutopo, lokasi Museum HM Soeharto dekat dengan Desa Wisata Gamplong, sehinggga wisatawan usai berkunjung ke museum itu kemudian mengunjungi desa wisata tersebut.

"Jadi, ini merupakan imbas dari keberadaan museum mantan Presiden RI tersebut. Hampir setiap hari ada wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Gamplong. Namun, kunjungan makin ramai saat libur akhir pekan," kata Sutopo Sugiharto.

Desa Gamplong memiliki kelebihan dan ciri khas yaitu menawarkan produk kerajinan alat tenun bukan mesin sebagai potensi desa setempat kepada wisatawan.

"Dengan potensi produk kerajinan alat tenun bukan mesin (ATBM) itu, Desa Wisata Gamplong sampai saat ini mampu bertahan sebagai desa wisata yang diminati wisatawan mancanegara maupun nusantara, karena mempunyai ciri spesifik yang bisa dijual," katanya.

Selama ini Desa Wisata Gamplong dikenal wisatawan karena ciri khasnya sebagai sentra produksi kerajinan tenun dengan menggunakan ATBM.

"Hingga kini masyarakat setempat masih tetap mempertahankan produk kerajinan tenun ATBM yang kemudian menjadi unggulan desa wisata tersebut," kata Sutopo yang juga menjadi ketua kelompok kerja pariwisata di desa itu.

Wisatawan yang datang ke desa wisata itu selalu ingin secara langsung melihat proses produksi kerajinan tenun. "Tiap libur akhir pekan maupun libur panjang dipastikan banyak wisatawan datang. Biasanya wisatawan juga membeli produk tenun desa ini, bahkan terkadang memesan dalam jumlah banyak," katanya.

Sejak tahun 1950-an Gamplong sudah dikenal sebagai desa penghasil barang kerajinan tenun. Keterampilan menenun warga setempat diperoleh secara turun-temurun. Produk tenun dari desa itu awalnya berupa kain lurik, serbet makan, dan barang kerajinan tenun lainnya.

"Namun, saat ini seiring dengan persaingan bisnis maka para perajin berinovasi produk dengan membuat tas wanita, tempat/rak buku, serta aksesori atau hiasan lainnya dengan bahan baku bervariasi di antaranya tanaman eceng gondok, lidi, serat, dan akar wangi yang ditenun menggunakan ATBM," kata Sutopo.
Disqus Comments